Kamis, 05 April 2012


PERAN PSIKOLINGUISTIK
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Oleh  : B U H O R I[1]

المــستـــخــــلــــص
لقد توقف نجاح تعليم اللغة ، منها تعليم اللغة العربية، على عدة العناصر المشاركة في التعليم. ومن عناصر تعليم اللغة هي الطلاب الذين هم كموضوعين  في التعليم والمواد اللغوية التي يدرسها الطلاب. نظرا إلى ذلك، كان علم اللغة النفسي – الذي هو مجموع من دراستين هما اللسانيات  وعلم النفس -  يلعب دورا هاما  في مجال تعليم اللغة العربية. من خلال العلم النفسي  يمكن أن يقام بدراسة الطلاب،  وأما من ناحية اللسانيات فتدرس المواد اللغوية وجميع ما يتعلق باللغة. وبالإعتماد على هذه التخصصات المتعددة من العلم فيمكن أن تفهم العملية النفسية والحركية التي تحدث لدي الطلاب عندما يتعلمون اللغة العربية ويفهمونها. 
كلمات أساسية : علم اللغة النفسي، اللسانيات، علم النفس

A.       Pendahuluan
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang sangat populer dan sering  sekali dipelajari oleh para pelajar, khususnya di Indonesia. Dalam perkembangan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia seringkali guru atau siswa – sebagai komponen utama dalam pembelajaran – mengalami berbagai kesulitan dan permasalahan pembelajaran, baik persoalan yang bersumber dari siswa maupun masalah-masalah yang dihadpi oleh guru, sehingga dapat menghambat pada ketercapaian tujuan pembelajaran dengan baik. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat banyaknya perbedaan-perbedaan sistem antara bahasa Arab sebagai bahasa kedua yang dipelajari dan sistem bahasa Indonesia yang sudah melekat erat pada diri siswa di Indonesia. Perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat misalnya pada aspek fonem, gramatikal atau kaedah bahasa, sistem kosa kata, dan gaya bahasa (uslub).
        Pengembangan pembelajaran bahasa memerlukan konsep yang valid dan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan meramu dan mengadopsi dari berbagai disiplin ilmu. Teori-teori yang diperoleh kemudian diolah menjadi teknik, metode dan pendekatan atau bahkan menjadi teori baru yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran bahasa tersebut.
 Di Indonesia, pembelajaran Bahasa Arab sebagai bahasa kedua (second language) sangat marak bahkan menjadi salah satu mata pelajaran wajib, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, khususnya  pada sekolah atau lembaga pendidikan Islam yang berada dibawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia. Materi bahasa merupakan objek kajian dari linguistik.
Pembelajaran bahasa juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga berlangsung secara mentalistik, artinya sebagai proses yang berkenaan dengan mental (otak). Oleh karena itu dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, termasuk juga dalam pembelajaran bahasa Arab, maka studi kebahasaan (linguistik) perlu dilengkapi dengan studi antardisipliner, khususnya antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistik.
Untuk mendapatkan kepahaman yang lebih mendalam mengenai psikolinguistik dan kontribusinya dalam rangka pembelajaran bahasa, maka dalam makalah ini penulis akan memfokuskan pembahasan pada pengertian Psikolinguistik, ruang lingkup Psikolinguistik dan kontribusi Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua (second language), yang diarahkan pada psikolinguistik sebagai media pengidentifikasi malasah dan langkah penyelesaian masalah.
B. Peran Psikolinguistik dalam Pembelajaran Bahasa Arab
1.   Pengertian  Psikolinguistik
        Secara etimologi Psikolinguistik  terbentuk dari dua kata psikologi dan linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda-beda dan masing-masing berdiri sendiri dengan metode dan prosedur yang berlainan. Secara harfiah  psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa, sedangkan linguistik  diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya[2].
                    Guna memperoleh pengertian yang jelas tentang psikolinguistik secara terminologi, maka akan lebih baik jika penulis mengupas terlebih dahulu sekilas tentang psikologi dan linguistik, yang notebenenya merupakan muara atau sumber dari kelahiran psikolinguistik.
Psikologi berasal dari berasal  dari bahasa Yunani Kuno, yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu.  Jadi, secara harfiah  psikologi berati “ilmu jiwa” atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. Psikologi yang diartikan sebagai ilmu jiwa berlaku ketika Psikologi berada atau menjadi bagian dari filsafat, bahkan pada tahunlima puluhan, dalam kepustakaan Indonesia ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan  Psikologi. Namun, kini istilah ilmu jiwa dianggap kurang tepat, karena psikologi memang tidak secara langsung meneliti jiwa, roh atau sukma[3].
        Dalam perkembangan lebih lanjut, terjadi perubahan orientasi dan objek kajian dari psikologi. Psikologi lebih menekankan kajiannya pada sisi-sisi manusia yang bisa diamati, seperti tingkah laku dan sikapnya. Hal ini terjadi karena mengingat bahwa jiwa -yang menjadi objek kajian pada awal pertumbuhan psikologi- bersifat abstrak, sementara objek kajian ilmu harus dapat diobservasi secara indrawi.
        Berkaitan dengan ini, Secara rinci Bruno[4] mengemukakan pengertian Psikologi dalam tiga bagian yang saling berhubungan. Pertama Psikologi adalah studi mengenai ruh. Kedua Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental, dan, ketiga Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme. Dengan demikian pengertian psikologi telah mengalami perkembangan dan mengalami pergesaran objek kajian, sehingga mencakup pada objek yanbstrak (ruh dan mental) serta objek yang bersifat konkrit yaitu tingkah laku yang dianggap sebagai manifestasi dari kondisi jiwa dan mental.
Hemat penulis, pengertian Psikologi di atas sesuai dengan realita yang terjadi selama ini, yakni bahwa para psikolog pada umumnya menekankan penyelidikan terhadap perilaku manusia yang bersifat jasmaniah yaitu pada ranah  psikomotor dan yang bersifat rohaniah yakni ranah kognitif dan afektif. Tingkah laku psikomotor bersifat terbuka, seperti berbicara, duduk, berjalan, mebaca dan sebagainya. Sedangkan tingkah laku kognitif dan afektif bersifat tertutup, seperti berpikir, berkeyakinan, dan  berperasaan. Psikologi sangat berkaitan erat dengan kehidupan manusia dalam segala kegiatannya yang sangat luas.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang prilaku manusia baik yang tampak (bersifat jasmaniah) maupun yang tidak tampak (rohaniah).
Adapun mengenai definisi dari Linguistik, banyak para ahli yang berusaha memberikan rumusan, diantaranya Andre Martinet [5] mengemukakan bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Abdul Chaer juga memberikan pengertian yang simpel dengan mengartikan Linguistik sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya[6].
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Linguistik ialah ilmu tentang bahasa, seluk beluk bahasa dan karakteristiknya, khusunya bahasa yang dipakai oleh manusia, baik berupa bahasa lisan maupun tulisan.
Sehubungan dengan Psikolinguistik, yang merupakan studi antardisipliner antara psikologi dan linguistik, banyak sekali definisi-definisi yang telah diberikan oleh para ahli. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa definisi Psikolinguistik.
        Aitchison dalam Darji Wijdojo[7]  berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda (otak). Sementara Jhon Field[8] mengemukakan psycholinguistics explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa’.
        Secara lebih rinci Chaer berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.
                    Samsunuwiyati Mar’at menyebutkan bahwa Levelt membagi Psikolinguistik kedalam tiga bidang utama, yaitu  :
a.         Psikolinguistik umum yaitu suatu studi mengenai bagaimana pengamatan atau persepsi orang dewasa tentang bahasa dan bagaimana ia memproduksi bahasa.
b.         Psikolinguistik Perkembangan yaitu suatu psikologi mengenai perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik perolehan bahasa pertama (bahasa ibu ) maupun bahasa kedua.
c.         Psikolinguistik Terapan adalah aplikasi dari teori-teori psikolinguistik dalam kehiupan sehari-hari pada orang dewasa ataupun pada anak-anak.[9]

        Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Psikolinguistik adalah ilmu yang membahas tentang seluk beluk bahasa, hubungan antara bahasa dan otak serta proses pemerolehan bahasa dan struktur kaedah bahasa tersebut. Psikolinguistik merupakan studi tentang struktur mental yang terjadi dalam proses akuisisi dan penggunaan bahasa. Kajian terhadap aspek Psikolinguistik dalam perolehan bahasa kedua telah menonjol dalam SLA (Second Langauage Acuitition) dantelah melahirkan banyak model akuisisi. Ada beberapa isu utama yang berkaitan dengan aspek psikolinguistik dalam bahasa antara; transfer bahasa pertama, peran kesadaran, operasi pengolahan, dan strategi komunikasi.
        Gagasan pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada  sejak tahun 1952, yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat ketika tiga orang linguis dan tiga orang psikolog berkumpul untuk mengadakan konferensi interdisipliner. Namun secara formal istilah Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 dalam buku Charles E. Osgood dan Thomas A. Sebeok yang berjudul Psycholinguistics : A Survey of Theory and Research Problems. Sejak itu istilah tersebut sering digunakan[10].
        Pada awalnya disiplin ilmu ini dikenal sebagai linguistik psycology dan ada juga yang menyebutnya sebagai psycology of language. Kemudian dengan adanya penelitian yang lebih sistematis dan terarah maka lahirlah satu disiplin ilmu yang kemudian dipatenkan dengan sebutan Psikolinguistik.

2. Ruang Lingkup Psikolinguistik
        Sebagai disiplin ilmu baru yang berdiri sendiri, Psikolinguistik memiliki scope kajian atau ruang lingkup pembahasannya. Berkaitan dengan hal ini Yudibrata,dkk. menyatakan bahwa Psikolinguistik meliputi pemerolehan atau akuaisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses mengkode) dengan decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara pengetahuan bahasa dengan pemakaian bahasa dan perubahan bahasa)[11].
        Sejalan dengan pendapat di atas, Field juga menjelaskan bahwa ruang lingkup Psikolinguistik sebagai berikut: language processing, language storage and access, comprehension theory, language and the brain, and frst language acquisiton[12] ‘(pemrosesan bahasa, penyimpanan dan pemasukan bahasa, teori pemahaman bahasa, bahasa dan otak, dan pemerolehan bahasa pertama).
        Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka sekalipun ada sedikit perbedaan mengenai scope dari Psikolinguistik, namun dapat ditemukan titik persamaan bahwa ruang lingkup Psikolnguistik adalah meliputi hubungan antara bahasa dan otak, hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, pemerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, dan proses pengkodean.
        Sedangkan mengenai pokok bahasan dari Psikolinguistik, Chaer[13] mengemukakan bahwa bahasan psikolinguistik mencakup antara lain  :
a.              Apakah hakekat bahasa, komponen-komponen bahasa dan sesuatu yang harus dimiliki seseorang agar mampu berbahasa ?
b.              Bagaimana bahasa itu lahir?
c.              Bagaimana bahasa pertama diperoleh ?
d.              Bagaimana proses penyusunan kalimat ?
e.              Bagaimana bahasa itu tumbuh dan mati ?
f.               Bagaimana hubungan bahasa dengan pemikiran ?
g.              Mengapa seseorang mengalami gangguan berbicara dan bagaimana cara menyembuhkannya ?
h.              Bagaimana cara memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran bahasa ?

Dengan melihat pokok bahasan Psikolinguistik di atas, serta kaitannya dengan konteks pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Arab, maka dalam tulisan ini penulis akan berusaha menganalisa dan mengkaji secara intens tentang peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa Arab.
Hal tersebut akan penulis lakukan dengan cara mendiskripsikan beberapa bentuk kesalahan dan kesulitan yang sering dialami oleh pelajar bahasa Arab dan selanjutnya menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya kesalahan dan kesulitan tersebut untuk kemudian dicarikan solusinya berdasarkan pada telaah terhadap teori-teori Psikolinguistik.

3. Pembelajaran Bahasa Arab
          Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain[14] pembelajaran mengacu kepada pengertian suatu aktifitas  (proses) belajar mengajar  yang sistematis dan terdiri dari banyak komponen. Masing-masing komponen tersebut tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling tergantung, komplementer dan berkesinambungan.
Sementara itu Ahmad Tafsir[15] menyatakan bahwa pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Jelasnya, pengajaran tidak lain ialah pendidikan dengan cara memberikan ilmu atau pengetahuan serta kecakapan kepada peserta didik.
Jadi, dapat disimpukan bahwa pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang terdiri dari dua unsur, yakni belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat terpisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran dan yang belajar  (peserta didik), sedangkan mengajar merujuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru (pengajar). Sedangkan pembelajaran bahasa Arab berarti proses belajar mengajar melalui transfer ilmu pengetahuan dengan materi ajar berupa bahasa Arab 
        Dalam konteks pembelajaran bahasa, dikenal dua tipe pembelajaran bahasa, yaitu naturalistik dan formal. Tipe pembelajaran bahasa naturalistik  bersifat alamiah, tanpa guru dan bahkan tanpa kesengajaan dan pembelajaran berlangsung di dalam lingkungan masyarakat. Sedangkan pada tipe formal pembelajaran berlangsung di kelas, dengan adanya guru, materi, alat-alat bantu dan komponen-komponen pembelajaran yang sudah dipersiapkan[16].
        Selayaknya, pembelajaran bahasa Arab secara formal akan lebih efektif dan hasil yang diperoleh akan jauh lebih baik dari pada tipe naturalistik. Karena pembelajarn formal dilakukan secara terencana dan sistematis. Namun, kenyataan yang sering terjadi, termasuk yang banyak ditemui di Indonesia, hasil pembelajaran bahasa Arab secara formal kurang menggembirakan. Untuk itu, dipandang sangat perlu untuk melakukan kajian dan analisa guna mengidentifikasi faktor-faktor penghambat keberhasilan dalam belajar bahasa tersebut dan dilakukan perbaikan-perbaikan yang semestinya.
4. Masalah-masalah dalam Pembelajaran Bahasa Arab
        Dalam dunia pendidikan siswa merupakan subjek. Karena itu, siswa dianggap sebagai organisme yang beraktifitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Arab pun ditujukan untuk mencapai dan memperoleh keterampilan berbahasa (istima`, kalam, qiraah, dan kitabah) pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara utuh. Hal ini karena kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) pasti akan melibatkan ketiga ranah tadi.
Menurut Chaplin, seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah[17],  ranah kognitif berpusat di otak yang juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa, dan merupakan ranah terpenting sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan  lainnya, yaitu ranah  efektif (rasa) dan ranah psikomotor  (karsa). Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan  seorang siswa dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir  mustahil siswa tersebut  dapat memahami dan meyakini  faedah materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya.
Sedangkan afektif adalah ranah Psikologi yang meliputi seluruh fenomena perasaan seperti cinta, sedih, senang, benci, serta sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Adapun Psikomotor adalah ranah Psikologi yang berupa segala amal  jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun kualitasnya karena sifatnya terbuka.
Dalam beberapa kasus, sering ditemui beberapa contoh kesalahan yang sering terjadi pada pelajar bahasa Arab yang non Arab ketika mereka mulai berbicara dan berbahasa Arab. Kesalahan-kesalahan ini dilatarbelakangi oleh bberapa faktor, baik faktor internal siswa, seperti motivasi, waswas dan sebagainya, baik faktor dari luar siswa, seperti guru, lingkungan, dan bahkan bahasa itu sendiri.
Klasifikasi kesalahan, contoh-contoh kesalahan dan faktor kesalahan yang terjadi secara lebih rinci dapat terlihat dalam tabel berikut[18] :
Tebel. 1
Bentuk – bentuk Kesalahan dan Faktor Penyebabnya
No.
Jenis Kesalahan
Contoh Kesalahan
Seharusnya
Faktor Kesalahan
1.
Kesalahan fonem (bunyi)
مسر
تيب
مصر
طيب
Adanya غموض  (ambigu) untuk membedakan bunyi huruf yang berdekatan
2.
Kesalahan leksikal
في الشهر المستقبل
تقدموا تقدما كثيرا
في الشهر المقبل
تقدموا تقدما كبيرا
Ketidak fahaman terhadap makna dan penggunaan kata yang berdekatan arti
3.
Kesalahan gramatikal
في القرن العاشرة
ازدهر الحضارة
في القرن العاشر
ازدهرت الحضارة
Kurang memahami kaedah bahasa secara benar
4.
Kesalahan pada gaya bahasa (uslub)
نكتفي إلى هنا
(cukup sampai di sini)
ذهبا من البيان أعلاه
(berangkat dari keterangan di atas)
اشتريت كتابا – كتابا
(saya membeli kitab-kitab)
نكتفي بهذا
(cukup sampai di sini)
إنطلاقا من البيان أعلاه
(berangkat dari keterangan di atas)
اشتريت كتبا
(saya membeli kitab-kitab)
Dipengaruhi oleh bahasa pertama (L1) sehingga terjadi negative transfer serta interferens bahasa dalam belajar bahasa kedua (L2)

Adapun kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pelajar bahasa Arab, seperti yang tergambar pada tabel di atas, dapat dilatarbelakangi  oleh beberapa faktor, baik intrinsik maupun ekstrinsik[19], diantaranya adalah  :
a.         Kesalahan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu hanya memfokuskan pada penghafalan kosa kata dan kaidah bahasa tanpa memperdulikan terhadap fungsi dan penggunaan kata baik dalam lisan maupun tulisan. Hal ini dapat mengakibatkan pada :
1)         Siswa sukar melafalkan dan membedakan suara huruf-huruf yang berdekatan, seperti ح dan هـ, ت dan ط. 
2)         Cenderung melakukan generalisasi dalam kaedah bahasa, seperti menjamak kan semua kata dengan bentuk jamak qiyasi (muzdakkar salaim atau muannats salim), contoh رَجل   menjadi   رَجلون seharusnya رجال.
b.         Intervensi bahasa, yaitu pengaruh dari bahasa pertama terhadap bahasa kedua (Arab), baik pada aspek suara, intonasi, gaya bahasa dan susunan kalimat.
c.         Penguasaan kosa kata aktif dalam bahasa Arab yang sangat terbatas, sehingga sering mengakibatkan pencampuradukkan dan penggunaan beberapa kata atau istilah dari bahasa pertama ketika menggunakan bahasa Arab, sebagai bahasa kedua.
Di samping itu, terkadang penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di antaranya  disebabkan kesaratan beban mental pada siswa yaitu perasaan waswas, takut salah, ragu-ragu dan sebagainya ketika berbicara, atau karena penutur kurang menguasai materi,  terpengaruh oleh perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik pembicaraan.
        Dari penyebab kesalahan-kesalahan tadi, dapat diklasifikasikan berdasarkan ranah Psikologi. Penyebab kesalahan berupa intervensi bahasa dan perasaan waswas berkaitan dengan ranah afektif. Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai  kosa kata aktif, materi atau topik berkaitan dengan ranah kognitif, dan penyebab kesalahan berupa kesalahan pemilihan strategi pembelajaran, kesukaran melafalkan kata dan generalisasi kaedah bahasa berkaitan dengan ranah psikomotor.
        Contoh-contoh kesalahan dan penyebab kesalahan yang telah dijelaskan tadi menunjukkan bahwa peran psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa Arab sangat penting. Peranan Psikolinguistik itu nampak diantaranya  saat dilakukan upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor kegagalan dan kesalahan siswa dalam belajar bahasa Arab serta dapat juga digunakan sebagai alat untuk memecahkan maslah-masalah dan persoalan (problem solving) yang timbul pada konteks pembelajaran bahasa Arab.



5. Upaya-upaya dalam Memecahkan Masalah Pembelajarn Bahasa Arab
        Tujuan umum pembelajaran bahasa Arab, yaitu agar siswa mampu menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar, baik secara lisan ataupun tulisan. Agar siswa dapat berbahasa Arab yang baik dan benar diperlukan pengetahuan akan kaidah-kaidah bahasa Arab yang baik. Kaidah-kaidah bahasa Arab dapat dipelajari dalam Nahwu dan Sharraf. Namun untuk dapat menggunakan bahasa Arab secara lancar dan komunikatif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah bahasa Arab, tetapi diperlukan kesiapan  kognitif  (penguasaan kaidah bahasa Arab dan materi yang akan disampaikan), afektif (tenang, yakin,  percaya diri, mampu mengeliminasi rasa cemas, ragu-ragu, waswas, dan sebagainya), serta psikomotor (lafal yang fasih, keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian, jelaslah bahwa betapa penting peranan Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa Arab.
        Guru merupakan subjek dalam proses belajar mengajar, (sebagai fasilitator, informer, maupun sebagai pembimbing) menjadikan siswa tuntas ber-bahasa. Peranan guru sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Tugas utama seorang guru adalah  menyusun materi pelajaran dan menyampaikannya dengan cara yang tepat. Guru yang cerdas, rajin, kreatif dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang kondisi psikis dan lingkungan siswa akan lebih berhasil dari pada guru yang tidak peka terhadap keadaan siswanya.
        Dalam pembelajaran bahasa Arab, maka tugas utama guru bahasa Arab adalah mengembangkan kompetensi komunikasi, mengembangkan kompetensi linguistik, dan mengembangkan kompetensi personal. Mengembangkan kompetensi komunikasi bertujuan agar siswa berani dan mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, dengan temannya ataupun si pemilik bahasa itu sendiri (orang Arab), baik secara reseptif maupun produktif.
        Keberhasilan dalam belajar bahasa Arab banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besar faktor-faktor itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu internal atau faktor dari dalam siswa (masuk dalam wilayah psikolinguistik) dan faktor eksternal atau faktor dari luar diri siswa, seperti faktor lingkungan keluarga,  masyarakat dan sekolah, faktor kebahasaan, kebudayaan, sosial dan etnis. Siswa yang sehari-hari berada di lingkungan yang menggunakan bahasa Arab, tentu akan lebih berhasil dari pada siswa lain yang sehari-harinya tidak berbahasa Arab.
        Untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Arab, harus dikaitkan dengan status bahasa itu sendiri. Dengan mengetahui status, jumlah penutur dan bahasa yang dikuasai siswa, pengembang kurikulum, dapat membuat persiapan dengan baik.
        Di Indonesia ada tiga macam bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasioanal dan bahasa resmi Negara.  Bahasa daerah yaitu bahasa ibu atau bahasa yang sering digunakan sehari-hari oleh siswa ketika berinteraksi dengan masyarakat setempat. Sedangkan bahasa asing adalah bahasa yang berasal dari negara lain, digunakan dalam interaksi atau kegiatan ilmiah. Bahasa Arab termasuk dalam kategori bahasa asing ini.
        Dengan memahami status bahasa, peran bahasa di tengah penuturnya dan tujuan yang diinginkan oleh para siswa, maka perencanaan dan pengembangan kurikulum, pengajar bahasa, program pengajaran formal, buku teks dan seleksi siswa dapat dipersiapkan secara matang guna mencapai tujuan akhir yang diharapkan.
        Masalah Psikolinguistik ini, tidak sulit jika masih dalam satu rumpun. Bila kedua bahasa tersebut berbeda rumpun masalahnya akan sangat sulit, karena kedua bahasa itu memiliki struktur fonetis, morfologis dan sintaksis yang berbeda.
        Pengajaran bahasa Arab secara formal dimulai dari sekolah Ibtidaiyah hingga perguruan tinggi. Ketika masyarakat Indonesia mempelajari bahasa Arab, mereka sudah menguasai pola bahasa Indonesia. Kebiasaan penggunaan pola bahasa Indonesia ini akan menjadi kendala dalam pembelajaran bahasa Arab. Pembelajaran bahasa Arab menjadi sulit, karena terdapat perbedaan  pola-pola bahasa Indonesia dengan bahasa Arab.
        Dalam bidang fonologi, masyarakat Indonesia multicultural, memiliki beraneka dialek yang berbeda pola fonologis, intonasi dan nada bacaannya dengan bahasa Arab. Sehingga dalam menyalin dari bahasa Indonesia ke bahasa Arab, sebagian besar siswa menggunakan pola yang terdapat dalam pola bahasa Indonesia. Seperti suara  huruf د  (zdal) disamakan dengan “d”,  ع  (`ain) disamakan dengan “a”, ش (syin( disamakan dengan “s”, dan sebagainya. Kesalahan pola fonetik semacam ini dapat berpengaruh  pada kesalahan siswa dalalm melafalkan bahasa, bahkan terkadang dapat menyebabkan perubahan makna leksikan dan pengaburan arti.
        Untuk mengatasi berbagai kesulitan seperti pada paparan di atas, dapat diambil  beberapa langkah atau pola penyelesaian dalam rangka memperoleh hasil pembelajaran bahasa Arab yang lebih baik. Pola-pola tersebut di antaranya :  
a.       Analisis kontrastif, yaitu dengan membandingkan pola yang terdapat dalam bahasa pertama dengan pola yang terdapat dalam bahasa kedua. Pola yang berbeda sering diberi latihan, sedangkan pola yang mirip atau sama cukup diberi latihan sekedar saja. Linguistik kontrastif beranggapan bahwa penguasaan suatu bahasa tidak lain dari pembentukan kebiasaan, maka butuh latihan  terus menerus sehingga terbentuk kebiasaan seperti ketika mempelajari bahasa pertama.
b.      Pemilihan Metode Pengajaran yang tepat
Untuk mengajarkan bahasa Arab, pilihlah metode yang cocok dan tepat dengan materi bahasa. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengajaran bahasa, seperti metode langsung, alamiah, psikologis, fonetik, membaca, tata bahasa, terjemah, terjemah-tata bahasa, dan sebagainya. Di samping itu dalam sejarah pembelajaran bahasa juga dikenal sebuah metode dengan nama American Army Method, yang lahir di markas militer Amerika untuk keperluan ekspansi perang. Metode ini danggap sangat efektif dalam pembelajaran bahasa.
Ada juga metode Audiolingual dan Audio visual yang lahir dengan menggunakan pendekatan linguistik. Metode ini juga sangat baik karena dapat membangkitkan stimulus-respon siswa, dan kreativitas dalam mengembangkan proses berbahasa, serta mampu untuk membangkitkan kerja semua bagian otak.
c.       Pemberian motivasi dan dorongan secara kontinu terhadap siswa, karena dalam pembelajaran bahasa kedua diyakini bahwa orang yang memiliki motivasi dan dorongan yang kuat pada dirinya akan jauh lebih berhasil dibandingkan orang yang kurang memiliki motivasi dan dorongan dalam belajar.

C.  Kesimpulan
        Psikolinguistik, sebagai interdisiplinier antara psikologi dan linguistik, merupakan disiplin ilmu yang mempelajari dan memfokuskan kajiannya pada bahasa, dengan segala karakteristiknya, yang meliputi perilaku berbahasa, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, pemerolehan bahasa, dan pemproduksian bahasa serta proses yang terjadi di dalamnya.
        Sebagai suatu disiplim ilmu yang berdiri sendiri, Psikolinguistik memiliki ruang lingkup (scope) kajian yang meliputi hubungan antara bahasa dan otak, hubungan antara bahasa dan perilaku manusia, pemerolehan bahasa, dan pemproduksian bahasa. Sedangkan pokok bahasan dari ilmu ini adalah mengenai hakekat bahasa, komponen bahasa, sejarah bahasa, proses penyusunan kalimat dalam berahasa, serta bagaimana memperoleh hasil yang baik dalam pembelajaran bahasa.
        Dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa kedua (second language) Psikolinguistik memiliki peranan dan kontribusi yang cukup besardan sangat penting. Peranan itu dapat terlihat misalanya dalam menelaah latar belakang permasalahan dari kesalahan-kesalahan dalam berbahasa dan belajar bahasa, serta langkah-langkah dalam menganinya (problem solving).  Dengan memamahami psikolinguistik seorang guru juga akan mampu memahami proses yang terjadi dalam diri siswa sehingga manakala kemampuan dan keterampilan siswa dalam berbahasa Arab bermasalah, maka guru akan mampu mencarikan soslusinya dan memperbaiki sistem pengajaran atau strategi pembelajarannya, jika masalah itu ditimbulkan oleh kesalahan penggunaan strategi pembelajaran yang ia gunakan.

D. DAFTAR  PUSTAKA


Al-Duways, Rasyid bin Abdurrahman, Muzdakkiroh Al-Taqabul Al-Lughowi wa Tahlil al-Akhta`, karya, tidak dipublikasikan.
Chaer, Abdul,  Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta :  PT. Renika Cipta, 2003.
Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Djamarah, Bahri, Syaiful & Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :  PT. Rineka Cipta, 1996.
Field, John, Psycholinguistics. London: Routledge, 2003.
Mar’at, Samsunuwiyati, Psikolinguistik – Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009.
Martinet, Andre, Ilmu Bahasa: Pengantar (terjemahan Rahayu Hidayat), Yogyakarta: Kanisius. 1987.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Bandung: Rosdakarya, 1995.
Tafsir, Ahmad, Metode Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 1997.
Yudibrata, Karna;  Andoyo Sastromiharjo; dan Kholid A. Harras. Psikolinguistik. Jakarta: Depdikbud PPGLTP,.1998.




[1] Mahasiswa Pascasarjana UIN Maliki Malang,konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab
[2] Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, PT.Renika Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 3-4
2 Ibid.  hlm. 2
3 Seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya, 1995, hlm.8



4 Andre Martinet, Ilmu Bahasa: Pengantar (terjemahan Rahayu Hidayat), Yogyakarta: Kanisius. (1987) hlm. 19
5 Abdul Chaer, op.cit., hlm.3
6 Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. (2003). hlm. 7
7 John Field, Psycholinguistics. London: Routledge, 2003, hlm. 2
[9] Samsunuwiyati Mar’at,,Psikolinguistik – Suatu Pengantar,Cetakan Kedua, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), h. 1-2.
[10] Abdul Chaer, op.cit., hlm. 11
[11] Yudibrata, Karna;  Andoyo Sastromiharjo; dan Kholid A. Harras. Psikolinguistik. Jakarta: Depdikbud PPGLTP,.1998,hlm.
[12] Jhon Field, op.cit.,hlm. 2
[13] Abdul Chaer,  op.cit, hlm. 8
[14] Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :  PT. Rineka Cipta. 1996, hlm. 10
[15] Ahmad Tafsir, Metode Pengajaran Agama Islam, Bandung, PT.Remaja Rosda Karya, 1997, hlm. 7
[16] Abdul Chaer, op.cit., hlm. 243 - 245
[17] Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. op.cit., hlm. 65

[18] Format, beberapa contoh kesalahan serta faktor kesalahan pada tabel adalah hasil analisa penulis dengan mengacu pada Muzdakkiroh Al-Taqabul Al-Lughowi wa Tahlil al-Akhta`, karya Rasyid bin Abdurrahman Al-Duways, tidak dipublikasikan, hlm. 81-91,.
[19] Rasyid bin Abdurrahman Al-Duways, Muzdakkiroh Al-Taqabul Al-Lughowi wa Tahlil al-Akhta`, karya, tidak dipublikasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar